Filosofi dan Kearifan Lokal Terkandung dalam Batik
MerahPutih Budaya - Ada dua jenis batik yang biasa digunakan pada masa kerajaan, batik keraton, dengan pola-pola yang penuh makna dan filosofi hidup, dan dipakai oleh para bangsawan, serta batik pesisir, yang biasa digunakan oleh rakyat biasa.
Hal tersebut diungkapkan Niken Ayu dari Segosae Batik, membawa batik pada sebuah fase modern dimana saat ini batik tidak hanya dipelajari kaum bangsawan dan etnik tertentu.
"Perbedaan batik solo dan jogja ada di motif, jadi motif Jogja, itu lebih kepada corak keraton, kalau batik Cirebon, merupakan batik pesisir yang menggunakan motif alam, yang bebas, dan dengan warna yang lebih berani dan berwarna-warni," jelas Niken.
Niken mengabdikan hidupnya dan memperjuangkan Batik dengan menggelar berbagai workshop di berbagai tempat seperti, Gramedia, kemudian anak-anak dari Sabang sampai Merauke dikumpulkan, digambar dan dicanting, untuk menumbuhkan rasa memiliki dan kecintaan anak terhadap budaya lokal.
"Warna-warnanya memiliki makna. Setiap batik punya nama, seperti batik wahyu tumurun, maknanya, turunnya wahyu dari yang maha esa. Kemudian ada Motif Sidho asih, batik dari kerajaan Solo, yang dijadikan sebagai hadiah untuk pernikahan anaknya, dalam lukisan batik tersebut terbersit sebuah harapan semoga anaknya selalu disayangi oleh suami dan keluarganya," tutur Niken.
Ada juga Motif Batik bercerita, karena dalam filosofinya, dalam sebuah lukisan batik juga ada nilai-nilai doa dan harapan. "Ini bukan klenik, tapi ini filosofi jawa, seperti Sidho Mukti itu, batik yang dulu hanya dipakai oleh raja," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment