1000 Motif
Batik Tradisional
68
Di DALAM museum ini tersimpan lebih dari1000 motif batik
tradisional, bila anda berkunjung ke sini anda akan dilatih membatik, batik
cap, batik tulis, maupun motif monokromatik dari awal sampai selesai. Dari
proses membuat pola, mewarnai, peletakan lilin, sampai pelorotan, gratis. Dan
sekarang telah dilengkapi dengan stodio mini dan peralatan multiedia untuk
pengembangan dan pelestarian batik Nusantara.
BATIK Nusantara sangat
kaya akan motif-motif dari berbagai daerah dengan ciri khasnya masing-masing.
Anak-anak pun perlu mendukung pelestarian batik. Sebab batik merupakan salah satu
budaya peninggalan nenek moyang banga Indonesia yanng sudah diakui oleh UNESCOsebagai warisan budaya dunia. Lagi pula, anak-anak pun bisa tampil
keren dengan busana batik. Nggak cuma keren, mereka juga tampak anggun.
Para
perajin batik tradisional saat ini sedang mengembangkan motif tumbuhan,
dari daun, bunga, dan akar. Untuk bahan pewarnanya diambil dari kulit kayu dan
buah untuk menghasilkan warna alami yang tahan luntur alias warna awet cerah.
Motif
tradisional adalah motif yang digunakan secara turun-temurun melalui proses
tranformasi dari generasi ke gernerasi. Hingga tak terhitung motif batik
tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia saat ini. Hal tersebut
disebabkan motif tradisional ada hubungannya dengan kepercayaan. Adapun
matif-motif yang saat ini tersimpan di museum batik adalah :
1. Motif Kawung
Kawung dalam bahasa Sunda berarti buah aren
atau kolang-kaling. Motif kawung menyerupai buah kolang-kaling yang dipotomg
melintang membelah sehingga kelihatan empat biji. Motif kawung sebenarnya
meniru buah aren atua kolang-kaling yang dibelah menjadi dua seperti di atas.
Sangat menarik untuk pengantin putri
2.Motif Tumpal,
adalah motif yang memiliki
bentuk dasar segitiga sama kaki. Motif ini digunakan sebagai pinggiran kain
selendang atau jarik.
3. Motif Lereng / Liris,
motif batik yang memiliki otof pokok garis-garis
miring ejajar. Untuk menambbah keindahan motif, di antara garis-garis miring
tersebut dihiasui motif-motif tambahan, seperti bunga, daun, titik, atau yang
lainnya.
4. Motif Ceplokan
Pada dasarnya, ceplok merupakan kategori ragam hias berdasarkan
pengulangan bentuk geometri, seperti segi empat, empat persegi panjang, bulat
telur, atau pun bintang. Ada banyak varian lain dari motif ceplok, misalnya
ceplok sriwedari dan ceplok keci. Batik truntum juga masuk kategori motif
ceplok. Selain itu, motif ceplok juga sering dipadupadankan dengan berbagai
bentuk motif lainnya untuk mendapat corak dan motif batikyang lebih indah.
5. Motif Batik Gurda
Gurda berasal dari kata garuda. Seperti diketahui, garuda
merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif gurda ini terdiri dari
dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor. Motif batik gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda
merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal sebagai Dewa Matahari. Garuda menjadi
tunggangan Batara Wisnu dan dijadikan sebagai lambang matahari. Oleh masyarakat
Jawa, garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.
6. Motif Batik Meru
Kata meru berasal dari Gunung Mahameru. Gunung ini dianggap
sebagai tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti, yaitu Sang Hyang Wisnu,
Sang Hyang Brahma, dan Sang Hyang Siwa. Tri Murti ini dilambangkan sebagai
sumber dari segala kehidupan, sumber kemakmuran, dan segala sumber kebahagiaan
hidup di dunia. Oleh karena itu, meru digunakan sebagai motif batik agar si pemakai selalu mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan.
7. Motif Batik Truntum
Motif batik truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan
Paku Buwana III), bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif
ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama
terasa semakin subur berkembang (tumaruntum). Kain motif truntum biasanya
dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar
cinta kasih yang tumoruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang
dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai
untuk memasuki kehidupan baru.
8. Motif Batik Udan Liris
Motif ini
mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun
dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin baru,
harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan.
Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan
dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama. Suami atau
istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi
masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru
menambahi masalah. Misalkan, bila suami sedang mendapat cobaan tergoda oleh
perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari solusi dan mencari
penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya, jika sang istri mendapat
godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap arif tanpa harus menaruh
curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.
9. Motif Batik Parang Kusuma
Motif Batik Parang Kusuma, bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan
untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga (kusuma).
Contohnya, bagi orang Jawa, yang paling utama dari hidup di masyarakat adalah
keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan
sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin. Mereka harus
mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat kepada perintah Tuhan. Kondisi ini
memang tidak mudah untuk direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap
bisa menemukan hidup yang sempurna lahir batin. Mereka akan rnengusahakan
banyak hal untuk mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Di zaman yang
serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup
seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih cenderung mencari
nama harum dengan cara membeli dengan uang yang dimiliki, bukan dari tingkah
laku dan pribadi yang baik.
10. Motif Batik Parang Rusak Barong
Motif batik parang
rusak barong ini berasal dari kata batu karang dan barong (singa). Parang
barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya,
motif ini hanya boleh digunakan untuk raja, terutama dikenakan pada saat ritual
keagamaan dan meditasi. Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang
ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas
kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang
Maha Pencipta. Kata barong berarti sesuatu yang besar dan ini tercermin pada
besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif parang rusak barong ini
merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang
raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri.
11. Motif Batik Slobog
Slobog bisa juga
berarti lobok atau longgar. Kain ini biasa dipakai untuk melayat, dengan tujuan
agar yang meninggal tidak mengalami kesulitan menghadap Yang Maha Kuasa. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip keagamaan bahwa setelah kematian
ada kehidupan lain yang harus dipertanggung jawabkan, yaitu menghadap Tuhan
Yang Maha Esa.
14. Motif Batik Tambal
Ada kepercayaan bahwa bila
orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka ia akan cepat sembuh.
Tambal artinya menambah semangat hari. Dengan semangat baru itu diharapkan
harapan baru akan muncul sehingga kesembuhan mudah didapat. Selain itu, dengan
kehadiran para penjenguk, diharapkan si sakit tidak merasa ditinggalkan dan
memiliki banyak saudara sehingga keinginan untuk sembuh semakin besar.
15. Motif Batik Ciptoning
Motif ciptoning ini
biasanya dipakai oleh orang yang dituakan maupun pemimpin. Dengan memakai motif
ini, pemakainya diharapkan menjadi orang bijak dan mampu memberi petunjuk jalan
yang benar pada orang lain yang dipimpinnya. Makna filosofis di balik motif ini
sebenarnya bukan hanya untuk pemimpin, tetapi juga untuk setiap orang agar
mampu memimpin (menempatkan) dirinya sendiri di tengah masyarakatnya.
16. Motif Batik Pari Kesit
Motif ini
mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan, harus dilandasi dengan usaha
keras dan kegesitan. Tentu usaha keras dan kegesitan itu tidak boleh
meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Usaha keras dan kegesitan
dengan cara kotor harus dihindari karena bisa menjadi bumerang bagi diri
sendiri.
17. Motif Batik Sido Luhur
Motif Batik Sido
Luhur mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang bertujuan untuk
mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya segala
kebutuhan ragawi bisa tercukupi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan,
pangkat, derajat, maupun profesinya. Keluhuran materi sebaiknya diperoleh
dengan cara yang benar, halal, dan sah tanpa melakukan kecurangan atau
perbuatan yang tercela, seperti korupsi, merampok, mencuri, dan sebagainya.
Sebab walaupun merasa cukup atau bahkan berlebihan secara materi, jika harta
materi itu diperoleh secara tidak benar, keluhuran materi belum bisa tercapai.
Keluhuran materi akan lebih bermakna lagi bila harta yang dimiliki itu
bermanfaat bagi orang lain dan bisa diberikan dalam berbagai bentuk, seperti
sumbangan, donasi, hibah, dan sebagainya. Artinya, sejak dulu masyarakat
Indonesia sudah terbiasa saling menolong. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan
tindakan adalah bentuk keluhuran nonmateri. Orang yang bisa dipercaya oleh
orang lain atau perkataannya sangat bermanfaat kepada orang lain tentu akan
lebih baik daripada orang yang perkataannya tidak bisa dipegang dan tidak
dipercaya orang lain. Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain adalah suatu
bentuk keluhuran nonmateri. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat
mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. Semua ini tidak lepas dari
falsafah hidup orang Jawa, bahwa orang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri,
tetapi juga untuk keluarga, kerabat, masyarakat, bahkan lingkungan, dan kepada
Tuhan yang menciptakannya.
18. Motif Batik Sido Drajad
Batik sido drajad
dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan. Cara pemakaian batiknya juga
memiliki nilai pendidikan tersendiri. Bagi anak-anak, batik dipakai dengan cara
sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas.
Secara filosofi, pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa
anak-anak yang masih bebas, belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab
moral di dalam masyarakat. Ketika beranjak remaja, seseorang tidak lagi
mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit. Panjang jarit
yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit, semakin tinggi
derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek jarit, semakin rendah
pula strata sosial orang tersebut dalam masyarakat. Bagi orang dewasa,
pemakaian batik memiliki pakem yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Pada laki-laki, wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru
diletakkan di sebelah kanan, yang berarti nengeni, seorang putri tidak boleh
melanggar kehendak suami.
19. Motif Batik Sido Mukti
Motif Batik Sido
Mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan
selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau
kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat. Setiap orang pasti mencari kemakmuran
dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan
tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan.
Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan
menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya
agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran
lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat.
20. Motif Batik Cuwiri
Batik motif cuwiri
biasa digunakan pada saat acara mitoni, sebuah tradisi memperingati tujuh bulan
usia bayi. Cuwiri artinya kecil-kecil. Diharapkan pemakainya terlihat pantas
dan dihormati oleh masyarakat. Sejak kecil, manusia di Jawa sudah memiliki
banyak aturan sesuai dengan falsafah hidupnya dengan tujuan mendapatkan
kemakmuran dan kebaikan.
21. Motif Batik Kawung
Motif kawung
bermakna keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti
rejekinya berlipat ganda. Orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun
kadang harus memakan waktu yang lama. Contohnya, seorang petani yang bekerja
giat di sawah, jika tidak ada hama yang mengganggu, tentu dia akan memanen
hasil padi yang berlipat di kemudian hari. Kerja keras untuk menghasilkan
rejeki berlipat akan lebih bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti,
cermat, dan tidak boros. Namun sayang, budaya kerja keras untuk menuai hasil
maksimal tidak dilakukan oleh semua orang. Apalagi di zaman sekarang, di mana
banyak orang ingin serba instan, orang ingin cepat kaya tanpa harus bekerja
keras. Oleh karena itu, ada saja mereka yang melakukan hal-hal tercela untuk
mendapatkan keinginannya.
22. Motif Batik Nitik Karawitan
Kebijaksanaan
menjadi inti dari filosofi batik bermotif nitik karawitan. Dengan demikian,
para pemakainya diharapkan akan menjadi orang yang bijaksana. Itulah mengapa
orang-orang yang dituakan di lingkungannya banyak menggunakan batik motif ini.
23. Motif Batik Burung Huk (Burung Merak)
Bentuk dasar ragam hias motif burung huk adalah seekor anak
burung yang baru menetas, menggeleparkan kedua sayapnya yang masih lemah,
berusaha lepas dari cangkang telurnya, serta separuh badan dan kedua kakinya
masih berada di dalam cangkang. Motif burung huk juga sering disebut dengan
motif burung merak. Ide dasarnya adalah pandangan hidup tentang kemana jiwa
manusia sesudah mati. Dan gambaran tersebut disimpulkan bahwa kematian hanyalah
kerusakan raga, sedangkan jiwanya tetap hidup menemui Sang Pencipta. Keunikan
motif ini adalah ia selalu hadir bersama dengan motif lainnya, misalnya
ceplokan sebagai selingan motif parang, dalam bentuk yang berbaur dengan motif
lainnya.24. Motif Batik Parang dan Lereng
Batik parang atau
lereng menurut pakemnya hanya boleh digunakan oleh sentono dalem (anak dari
ratu). Lereng berasal dari kata mereng (lereng bukit). Sejarah motif ini
diawali dari pelarian keluarga kerajaan dari Keraton Kartasura. Para keluarga
raja terpaksa bersembunyi di daerah pegunungan agar terhindar dari bahaya.
Mereka berada di daerah-daerah yang sulit dijangkau musuh. Motif ini berarti
juga topo broto para raja yang dilakukan di lereng-lereng pegunungan untuk
mendapatkan wahyu atau wangsit. Dalam tapa brata itulah mereka dapat melihat
pemandangan gunung dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai
pereng atau lereng.
25. Motif Batik Mega Mendung
Pada bentuk mega
mendung, bisa kita lihat garis lengkung dari bentuk garis lengkung yang paling
dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) yang menunjukkan gerak yang
teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini
membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan
turun). Hal itu kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar
atau menjalani kehidupan sosial agama). Pada akhirnya, membawa dirinya memasuki
dunia baru menuju ke dalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik
dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Dengan demikian,
kita bisa lihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang
bergerak membesar keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran
kecil, tetapi tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofis bahwa mega
mendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya harus
menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis lengkung mega mendung
bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih mudah.
26. Motif Batik Semen Rama
Semen berasal dari
kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman. Pada umumnya, ornamen pokok pada
pola batik motif semen adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan yang
digambarkan dengan tumbuh-turnbuhan dan binatang berkaki empat, udara
digambarkan dengan awan (mega) dan binatang terbang, serta air atau laut
digambarkan dengan binatang air. Sedangkan rama yang merupakan nama motif semen
berasal dari nama Ramawijaya. Dalam motif semen rama terdapat pesan atau
nasihat Ramawijaya saat penobatan Wibisana sebagai Raja Alengka dalam cerita
pewayangan. Nasihat tersebut termaktub di dalam asta brata (delapan keutamaan
bagi seorang pemimpin), yaitu: 1. Endabrata, yaitu pemberi kemakmuran dan
pelindung dunia. Dilambangkan dengan pohon hayat. 2. Yamabrata, yaitu menghukum
yang bersalah secara adil. Dilambangkan dengan awan atau meru (gunung). 3.
Suryabrata, yaitu watak matahari yang bersifat tabah. Dilambangkan dengan
garuda. 4. Sasibrata, yaitu watak rembulan yang bersifat menggembirakan dan
memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan dengan ornamen binatang. 5.
Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen burung. 6.
Dhanababrata atau kuwerabrata, yaitu watak sentosa dan memberi kesejahteraan
pada bawahan. Dilambangkan dengan ornamen bintang. 7. Pasabrata, yaitu berhati
lapang tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air.
8. Agnibrata, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Dilambangkan dengan
ornamen lidah api.
27. Motif Batik Semen Ageng
Motif ini tersusun
atas beberapa unsur, yaitu pohon hayat yang menggambarkan pohon kehidupan,
kemakmuran, keadilan, dan kekuasaan, serta simbol kesuburan, burung yang
merupakan simbol angin yang bermakna berbudi luhur, serta garuda menggambarkan
matahari yang bersifat jantan bermakna kekuasaan dan kepemimpinan. Motif ini
memiliki makna seorang pemimpin yang bersifat baik dan berbudi luhur, adil, dan
tabah dalam menghadapi segala rintangan, mengayomi, dan melindungi rakyatnya
serta lingkungan alam sekitar. Motif ini biasanya digunakan oleh keturunan raja
sebagai dodot dan bebet keprajuritan pada saat menghadiri upacara kebesaran keraton.
28. Motif Batik Abstrak
Ini adalah motif
yang paling bebas. Motif ini menggabungkan berbagai unsur dan warna.
Penciptanya mengarahkan arti ini pada kehidupan yang lain: hidup setelah mati,
sehingga penggambarannya abstrak. Walaupun ada beberapa motif tradisional yang
menggambarkan kehidupan setelah mati, misalnya motif burung huk, tetapi motif
ini sering dianggap tidak memiliki jiwa muda. Oleh karena itu, banyak pencipta
desain batik yang menggunakan motif abstrak yang lebih bebas dan ekspresif dalam
menggambarkan kehidupan setelah mati. Motif ini biasanya digunakan pada lukisan
dengan penggambaran yang bebas dan tidak menggunakan pakem batik seperti pada
umumnya. Sebenarnya masih banyak lagi makna-makna filosofis di balik
motif-motif batik lainnya, terlebih di masa kini dengan adanya banyak
modifikasi dan penambahan kreasi di setiap model corak dan motif batik. Namun
pada dasarnya motif-motif tersebut memiliki makna-makna filosofis yang ingin
disampaikan oleh penciptanya. Motif batik di Indonesia akan terus mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan industri. Ini merupakan
hal yang sangat baik karena akan mendorong masyarakat luas untuk lebih
mencintai batik dan mendukung setiap kegiatan untuk melestarikan batik.
29. Motif Buketan
Motif buketan ini
adalah hasil karya wanita Belanda bernama Elyza Van Zuilen.
30. Motif batik yang dipakai
Nyai Roro Kidul
Motif batik yang
dikenakan Nyi Roro Kidul ini kalau dilihat sepintas seperti matif kawung dengan
kombiasi wartna hijau kesayangannya dan warna coklat.